Cerita lucah kongkek
Dua tahun sudah aku menginjak bangku kuliah fakultas teknik Mesin di
salah satu perguruan tinggi swasta di Jakarta. Berkawan dengan
teman-teman kuliah satu angkatan semua jurusan yang ada dengan segala
kelebihan dan kekurangannya disertai pesta, camping dan diakhiri pacaran
dengan cewek-ceweknya yang rata-rata cantik dan seksi merupakan bagian
dari kehidupan kampus. Aku mempunyai group atau kelompok teman-teman
seangkatan dari jurusan teknik, antara lain Mesin, Sipil, Arsitek dan
Elektro. Diantaranya Aryono dan Tonny, kami bertiga mempunyai ikatan
persahabatan yang erat bagaikan saudara kandung, sampai pada kegiatan
mendaki gunung Gede, Pangrango di Cimacan terus ke gunung Slamet di
Cirebon.
Kami bertiga pada umumnya, akhir minggu keempat, setiap akhir bulan, naik ke gunung Gede (Pangrango). Pulangnya hampir dipastikan lewat Sukabumi dan menginap satu malam di penginapan yang murah dan biasanya mencari cewek-cewek manis di Sukabumi yang berakhir dengan pelampiasan nafsu seks kami bertiga. Untuk mendapatkan cewek-cewek Sukabumi, pada saat itu sedang In atau Ngetrend khususnya kalau yang mencari cowok-cowok Jakarta, pasti dapat. Di sini yang ingin kuceritakan adalah salah satu pengalamanku yang lain yang tidak akan kulupakan seumur hidup.
Bermula dengan persahabatan kami bertiga yang membuat Tonny berkenalan dengan adiknya Aryono, bernama Aryani. Akhirnya mereka pacaran dengan hebat (dari ujung rambut sampai ke ujung kaki). Aryani pada saat itu baru naik kelas 3 SMP, jadi masih segar-segarnya suka sama cowok mahasiswa, si Tonny ini. Aku belum punya pacar tetap dan seperti biasanya, kencan kesana kemari dengan teman-teman cewek di kampus sampai sebatas cium-ciuman dan pegang-pegang saja (petting). ML (Making Love) pun akhirnya sama cewek-cewek tertentu saja yang dari lain almamater. Satu waktu, entah mereka bertiga Aryono, Tonny dan Aryani, mungkin sudah merencanakan untuk menjodohkan aku dengan salah satu teman sekolah Aryani, tepat pada saat pesta ulang tahun temannya itu.
Kami berempat datang pada malam acara pesta ulang tahun tersebut ke
rumah teman Aryani. Setiba kami di sana, aku diperkenalkan kepada yang
berulang tahun.
“Mas Adit,” kata Aryani kepadaku, “Kenalin, ini temanku Meiske, yang berulang tahun.” sambungnya lagi.
Begitu aku melihat dengan siapa aku diperkenalkan, sambil memberi
tanganku untuk bersalaman, di depanku berdiri gadis yang tingginya lebih
kurang 3 cm lebih pendek dari aku (173 cm), berkulit putih, matanya
coklat tua berbinar dengan bibir yang amat sensual serta rambut hitam
panjang sebahu, kontras dengan lehernya yang putih dan jenjang itu. Dan
terlebih-lebih, tanpa disadari, mataku turun melihat pakaiannya, rok dan
blus yang formal and casual dengan kancing terbuka sampai sebatas
dadanya.
“Dadanya.. oh Tuhan.. betapa cantiknya makhluk yang engkau
hadapkan padaku malam ini. Ini wanita dewasa apa anak kelas 3 SMP?”
dalam hatiku.
Kalau aku boleh membandingkan Meiske dengan bintang film atau
sinetron zaman sekarang, Meiske mirip dengan Monica Oemardi (tidak
terlalu extreem kan).
Terus terang para pembaca yang budiman, aku
tertegun sampai Tonny menepuk pundakku sambil berkata, “Hey.. ngomong
dong.. selamat ulang tahun kek.. I Love You kek.. I want to kiss you
kek..”
Aku terkejut dan sadar, mereka bertiga tertawa, Meiske
tersenyum malu dan terasa ingin melepaskan genggaman tanganku, dengan
cepat kusadari dan aku berkata, “Maaf.. happy birthday Meis, saya
Adhitya, dan.. maaf lagi saya ngga bawa apa-apa.”
“Oh yaa.. ngga apa-apa, Mas-mas sama Yani udah pada datang aja, saya udah cukup senang, yok masuk!” katanya lagi.
Kami berlima masuk, dan seperti kebiasaanku apabila berkenalan dengan
teman baru, aku terus mencari orang tuanya, juga berkenalan, biasa deh..
cari dukungan utama dari orang tua.
Malam pesta ulang tahun berakhir dengan gembira dan tentunya bagiku
sendiri bisa berkenalan dengan gadis yang menjadi idamanku yaitu,
cantik, tinggi, putih dan yang terlebih penting adalah dadanya yang
besar dan montok. Kuketahui belakangan ternyata ukurannya 36C.
“Wooww! Lagi-lagi.. ini anak SMP atau wanita dewasa sih?” dalam hatiku bertanya.
Begitulah setelah perkenalanku pada malam pesta ulang tahunnya Meiske.
Aku jadi sering wakuncar (wajib kunjung pacar) ke rumahnya dibilangan
Jakarta Pusat. Kemudian aku juga mengetahui bahwa ayahnya seorang ABRI,
kawin dengan ibunya seorang wanita keturunan Portugis, jadi pantas saja,
Meiske mempunyai perawakan seperti di awal ceritaku.
Kami berdua sering jalan-jalan atau berempat dengan Tony dan Aryani
pada saat libur atau malam minggu. Untuk hal ini, Aryono tidak ikut
karena ceweknya lain aliran dengan Aryani dan Meiske saat itu. Reaksi
teman-teman kuliah pada saat itu yang tahu aku pacaran sama anak SMP,
bukan main hebohnya.
“Hey Dhit, tau diri donk.. elu kan udah tua,
mahasiswa lagi.. masa elu mau pacaran dan ngebodohin anak kecil? Masih
SMP lagi! Emangnya kagak ada cewek yang gedean dikit?” begitulah
komentar mereka.
Aku tidak memberi reaksi banyak, paling tidak hanya
tersenyum sambil menunjukkan kepalan tanganku dengan posisi jari
telunjuk ke atas sambil berkata kepada mereka, “Fuck you, man!”
Aku memanggilnya dengan Meis dan dia memanggilku dengan Mas Adit.
Awalnya, kami berdua pacaran seperti biasanya. Karena aku jauh lebih
dewasa dari Meiske, jadi aku lebih banyak mengajari dan melindungi
Meiske. Sampai-sampai waktu pertama kali aku cium bibirnya, dia masih
lugu. Hal ini terjadi pada saat kami pacaran di belakang rumahnya yang
mempunyai halaman serta kebun yang lumayan luas. Malam Minggu, kami
duduk berdampingan di kursi, kulingkarkan tangan kiriku kepundaknya, dia
merebahkan kepalanya ke dadaku.
Kuraba dengan lembut pipinya dan berkata, “Meis..”
“Hmm.. apa Mas Adit?” jawabnya perlahan.
“Kamu tahu ngga bahwa aku sayang kamu..” aku berkata lagi.
Kepalanya diangkat dari pundakku sambil memandangku dengan matanya yang
bulat dan berbinar-binar sayu. Tanpa kusadari, wajah kami saling
mendekat dan terasa nafas kami yang agak memburu.Kusentuh pipinya dengan
kedua telapak tanganku. Kukecup keningnya dan reaksinya, dia diam dan
waktu kulihat matanya tertutup.
“Meis, aku sayang kamu, Non..” bisikku di depan bibirnya.
“Hmm.. apa Mas?” berbisik jawabnya lagi.
“Aku ingin mencium bibirmu.. boleh ngga?” suaraku kubuat selembut
mungkin dan seyakin mungkin, karena dia tidak bereaksi seperti anak
gadis lainnya kalau kucium keningnya biasanya langsung menyediakan bibir
mereka.
Meiske mengangguk pelan dan memejamkan matanya, menunggu
dengan lembut kukecup bibirnya yang sensual itu, reaksinya sesaat diam.
Setelah beberapa saat, tangannya melingkar di leherku dan kedua tanganku
melingkar di pinggangnya. Kemudian tanpa melepaskan bibirku di
bibirnya, dengan perlahan kuangkat tubuhnya sehingga dia berada di
pangkuanku. Bibirnya yang lembut kukulum dengan erat. Saat kupermainkan,
lidahku masuk ke dalam mulutnya, dia terkejut dan melepaskan bibirnya
sambil berkata pelan.
“Lidahnya mau ngapain Mas..?” tanyanya.
Lugu banget kan ini cewek! Rupanya dia belum mengerti tentang permainan lidah sambil berpagut.
“Meis.. kamu belum tahu kan?” aku berkata dan dia menggeleng pelan.
“Meis, kalau kita kissing saling cinta, bukan hanya bibir ketemu bibir
saja, tapi lidah juga harus main.. Coba kamu rasakan deh.. dan nikmati
yaa..” kataku membujuk halus, dia mengangguk pelan.
“Sekarang, boleh aku cium kamu lagi ngga?” tanyaku dengan lembut.
Meiske hanya mengangguk dan langsung kukecup lagi bibirnya sambil
mempermainkan lidahku dan ternyata reaksinya.. lidahnya ikut main dengan
lidahku dan sementara tanganku mulai meraba-raba punggungnya dengan
lembut, membuat nafasnya Meiske memburu ditengah-tengah kecupan dan
pagutan bibir kami berdua.
Sementara itu, tanganku mulai turun ke arah dadanya. Dia tidak bereaksi tehadap tanganku yang sudah mengusap susunya yang ternyata, montok dan memang benar-benar besar dan kenyal. Maklum umurnya masih 15 tahun. Nafasnya makin memburu tatkala kecupanku turun ke lehernya dan kugigit-gigit kecil. Rintihan halus mulai keluar juga saat tanganku masuk ke dalam bajunya setelah kancingnya berhasil kulepaskan satu persatu tanpa disadarinya. Tanganku terus meraba susunya yang masih terbungkus BH. Yang kurasakan hanya setengah menutupi susunya yang besar dan montok serta lembut itu, atau memang BH-nya terlalu kecil untuk menampung bukit indahnya Meiske yang montok. Bibirku terus mengecup turun dari leher ke dadanya sementara tanganku bergerilya ke punggungnya yang akhirnya berhasil melepaskan kaitan BH-nya. Kurasakan Meiske tersentak pada saat aku berhasil melepaskan BH-nya.
“Mas Adit.. jangaan.. Maass..” rintihnya terengah-engah sambil
menunduk melihat ke arah mukaku yang hampir terbenam di antara kedua
susunya yang besar dan montok itu.
Aku melepaskan kecupanku di pangkal dadanya sambil melihat ke arahnya dengan lembut tetapi masih penuh nafsu.
Sambil tersenyum lembut, “Kenapa sayang.. kamu takut yaa..?” tanyaku hati-hati.
“Iya mas..” jawabnya dengan suara bergetar akan tetapi kedua tangan masih tetap memeluk leherku dengan kencang.
“Jangan takut Meis, Mas tahu kamu belum pernah seperti ini, rasakan dan
nikmati saja pelan-pelan.” jawabku lagi sambil tanganku tetap membelai
susunya yang putih disertai puting kecilnya yang berwarna merah muda
(pink).
Rupanya dengan gerakan Meiske tersentak itu, BH yang dipakainya terlepas dari susunya yang montok. Kukecup lagi bibirnya dengan lembut. Sejenak kusadari bahwa ini adalah hal yang pertama kali Meiske alami bersama lelaki dewasa seperti aku jadi aku berniat untuk petting dulu sama dia agar tidak kaget dan terlalu memaksa. Aku takut akibatnya dapat merugikanku sendiri untuk menikmati tubuh perempuan berdarah Portugis ini. Demikianlah kejadian demi kejadian yang aku dan Meiske lakukan, yaitu petting atau French kissing sejak kami pacaran yang kuajari dia, baik di rumahnya maupun di rumahku dan dengan pasti kami lakukan pada saat rumah kami berdua dalam keadaan yang memungkinkan.
Sampai satu hari Minggu, aku bisa mengajaknya keluar dari pagi jam 08:00 sampai jam 17:00, atas izin orang tuanya. Kami berdua naik motorku, Honda CB-100 tahun 70an. Motor seperti ini dan CB-125 lagi top-topnya berputar-putar keliling Jakarta. Kami makan mie ayam Gang Kelinci dan berakhir di rumahku yang kebetulan lagi sepi. Orang tuaku sedang mengunjungi famili di Bandung, kedua kakakku sibuk dengan urusannya masing-masing dan tinggalah pembantuku bik Inem yang lumayan sudah 59 tahun umurnya di kamar belakang. Meiske langsung kuajak ke kamarku, terpisah dari ruang utama cukup jauh. Mungkin karena rasa kangen yang meluap-luap, begitu masuk ke kamarku, Meiske memelukku dengan erat dan sepertinya kurasakan dia agak buas. Menciumiku dengan cara menarikku dengan kasar, sehingga kami terjatuh di atas tempat tidurku dengan posisi dia berada di atasku.
Padahal, biasanya kalau kami berdua ada kesempatan, ciuman sambil pegang-pegang, seingatku aku selalu ambil peranan dan dengan lembut serta very enjoyable bagiku dan Meiske sendiri yang kulihat dia sangat menikmati permainan petting dariku. Tetapi hari ini aku hampir kewalahan menghadapi ciumannya yang bertubi-tubi dan kurasakan bahwa ini bukan ciuman anak SMP lagi, tetapi ciuman wanita yang lagi berahi tinggi. Menyadari hal tersebut, aku akhirnya mulai memberikan respon yang tinggi juga. Dengan segera aku membalikkan badanku, sehingga posisiku berada di atasnya serta kubalas kecupannya dengan gairah tetapi juga dengan lembut serta gigitan-gigitan kecil di bibirnya, serta permainan lidah pada saat mengulum bibirnya yang sensual itu. Sementara tanganku bergerak membuka baju casualnya, seperti biasanya Meiske sudah tahu kalau kami mau petting, dia selalu pakai baju casual dengan kancing di depan.
Desahan-desahan kecilnya mulai terdengar bersamaan dengan kecupan dan
gigitan kecilku yang turun ke arah susunya yang besar dan montok itu
sampai aku berhasil menjilati puting susunya yang berwarna merah muda
(pink) bergantian, kiri dan kanan. Desahannya makin menjadi-jadi sewaktu
aku menghisap putingnya yang kecil dan mulai keras disertai
gigitan-gigitan kecil yang menggemaskan dan menikmatkan dia.
“Aduuh.. Maass Adiit!” erangannya sambil mencengkramkan tangannya di kepalaku.
Sementara itu, penisku mulai berontak di balik jeans dan CD-ku.
Cepat-cepat aku membuka zip (ruistzleting) jeansku agar Mr. Penis
Adithya agak leluasa untuk diperbaiki letaknya (daripada terjepit).
Kulepaskan kecupanku dari susunya Meiske yang besar dan aku memandangnya
dengan penuh kasih dan lembut, kukecup bibirnya Meiske.
“Meis sayang, aku ingin membuat kamu jadi milikku seutuhnya, kamu mau kan?”
“Mas Adit, aku mau apa aja yang Mas lakukan untukku.. aku mau Mas..” jawabnya mesra dan nafasnya mulai memburu.
“Meis.. aku akan membuat kamu untuk tidak melupakan hubungan kita dan
aku mau kamu tidak seperti anak SMP lagi yaa, mau kan?” kataku lagi
dengan lembut setengah bebisik, dia mengangguk manja.
Sambil berbaring side by side, kukecup bibirnya yang sensual sambil kubuka habis bajunya. Tanganku yang cukup berpengalaman melepas BH-nya yang berwarna pink, hal ini membuat penisku tegang (kira-kira 100 volt). Akhirnya terlihat dua bukit keemasannya, susunya yang sekali lagi, “Alaamaak.. kok anak SMP bisa punya seperti ini?” dalam hatiku, putih , besar, montok dan kenyal dengan putingnya yang kecil berwarna merah muda (pink). Sejenak aku memandanginya sambil perlahan-lahan tanganku menjamah, membelai serta mengusap-usap puting yang menggemaskanku. Meiske tersadar saat aku masih memandang ke arah susunya dan tiba-tiba dia mengeluh sambil menyusupkan kepalanya di dadaku yang juga sudah telanjang.
“Maass.. jangan diliatin terus dong.. Meis kan malu!” katanya perlahan dengan nada manja.
Aku tertawa perlahan sambil memeluknya dengan mesra.
“Malu sama siapa sayang? Sama aku? Iya? Kan yang ngeliatin juga cuma
satu orang kan..?” jawabku tersenyum geli melihat kelakuannya anak SMP
ini.
“Tapi Meis kan tetap aja malu.. soalnya Mas Adit orang laki-laki yang pertama yang lihat Meis ngga pakai BH.” katanya lagi.
Kukecup lagi keningnya, terus turun ke matanya yang indah, hidungnya
yang bangir, terus turun ke sudut bibirnya yang sensual, merah merekah
disertai desahan-desahan kecilnya terdengar olehku. Di sana aku
mempermainkan lidahku serta kugigit lembut. Dia menggelinjang dan dengan
tidak sabar dia mengecup bibirku dengan buas, sementara tangannya mulai
mengusap kepalaku, aku pun tidak tinggal diam. Dengan segera tanganku
turun ke susunya yang menjadi kegemaranku bermain, kuraba dan
kuputar-putar putingnya yang mungil. Dia mengerang nikmat.
Tanganku terus turun. Kusibak rok mini (kulot)nya Meiske, terus ke arah belakang tempat zip (ruitszleting) langsung kubuka perlahan-lahan. Dia diam saja dan aku merasakan bahwa dia sudah pasrah dengan apa yang akan kulakukan. Kutarik roknya ke bawah dan dia membantu untuk melepaskannya.
Para pembaca yang budiman, anda bisa membayangkan, dihadapanku
(laki-laki sehat fisik dan mental berumur 22 tahun) tergeletak sebatang
tubuh gadis 15 tahun yang berdarah Portugis. Dengan tinggi 170 cm, putih
mulus dengan perut yang rata, buah dada yang besar berukuran 36C,
montok serta kenyal, mengenakan CD mini berwarna pink.
“Tuhan.. betapa sempurnanya ciptaanMu.” dalam hatiku.
“Maass Adit.. peluk Meis dong..” tiba-tiba katanya dengan sendu membuyarkan lamunanku.
Kembali aku memeluknya dengan lembut dan aku merasa penisku melakukan
pemberontakan yang gila. Sambil mencium bibirnya, lehernya terus turun
ke susunya serta putingnya yang menggairahkan, aku melepaskan jeansku.
Kini di tempat tidurku tergeletak sepasang manusia hanya tertutup oleh
CD masing-masing, pink dan white saling berpagut menggelora. Kukecup
kedua puting merah muda itu berulang-ulang dengan lembut sampai basah
oleh air liurku. Kuturunkan kecupanku ke arah pusarnya Meis, dia
bergerak sambil terus menjambak rambutku sambil mendesah disertai
erangan-erangan nikmatnya yang halus. Sampai akhirnya bibirku berada di
atas vaginanya yang sudah basah tertutup oleh Miss Pink CDnya.
“Meiske sayang.. mau kan kamu merasakan dan menikmati ini?
Pelan-pelan yaa?” kataku sambil mulai membuka CD-nya lepas dari
tubuhnya.
Meiske hanya menganggukkan kepalanya dengan rintihan
kenikmatan yang kuyakin belum pernah dirasakannya seumur hidup.
Dihadapanku terlihat anak gadis, perawan, telanjang dengan lubang
kewanitaan ditumbuhi bulu-bulu halus yang teratur rapi nan cantik.
Vagina anak perawan yang belum pernah disentuh oleh laki-laki manapun.
Kukecup bibir atas benda indah itu yang dengan serta merta mengeluarkan
aroma yang khas. Aku merasakan gerak gelinjang Meiske serta keluhan
panjang.
“Ooohh.. Maass..!”
Kuyakin Meiske sudah kehilangan
kata-kata untuk menyatakan kenikmatan yang belum pernah dia alami,
karena umurnya baru 15 tahun.
Aku berusaha sekuat mungkin untuk menahan nafsuku serta pemberontakan Adhitya junior di balik CD-ku, aku ingin memberikan kepuasan kepada Meiske semaksimal mungkin, sehingga dia akan menyerah dengan apa yang akan kulakukan demi kepuasan bersama. Kujilat belahan vaginanya sambil perlahan-lahan kubuka pahanya yang sebelumnya Meiske jepitkan untuk menahan gejolak kenikmatan pada saat aku pertama kali mengecup pucuknya. Pahanya yang putih mulus itu terbuka sedikit demi sedikit sambil lidahku bermain dengan lembut. Klitorisnya yang mungil tampak merekah merah muda. Aku tidak tahan. Kukecup dan kugigit-gigit kecil. Hal ini membuat Meiske menggoyangkan pantatnya yang padat, kenyal serta mulus itu dengan gila. Kedua tangannya mencekal rambutku dan menekankan ke arah vaginanya sambil berteriak kecil menahan.
Basah sudah bibirku, hidungku, lidahku dengan cairan putih bening
yang keluar terasa agak asin namun harum dengan aroma yang khas dari
vaginanya Meis. Cengkraman serta jepitan di kepalaku mengendur, dia
telah mencapai orgasme. Kujilat dan kutelan habis cairan itu di sekitar
vagina indahnya dengan nafsu yang memuncak. Aku merasakan otot penisku
berdenyut-denyut, dan aku merasakan sesuatu keluar dengan dahsyatnya
dari penisku yang terasa membasahi CD-ku. Rupanya aku juga mengalami
orgasme.
“Maass Adit.. sini, peluk Meiske..” rintihnya sendu.
Aku tersadar dengan kejadian yang baru saja kulakukan. Gila.. aku baru
saja menelan cairan orgasme anak perawan. Aku bangun dan memeluk Meiske
dengan lembut dan mesra, dia kaget melihat mulut dan hidungku masih
tercecer cairan putih bening.
Tiba-tiba, “Cup.. cup.. cup..”
dikecupnya bibirku, hidungku, daguku sambil menjilati sisa-sisa cairan
putih bening yang masih ada di wajahku dengan liar.
Dia terus
memandangku dengan matanya yang indah berbinar itu. Posisi kami rebah
berhadapan berdampingan, dia berada di sebelah kiriku dan aku berada di
sebaliknya. Tanganku menyentuh dan mengusap susunya yang putih, montok
dihiasi puting kecil merah muda.
“Mas Adit..” desahnya lembut.
“Apa Meis..?” jawabku berbisik.
“Mas Adit kan sayang sama Meis..” katanya lagi sambil memandang serta membelai pipiku, menyentuh bibirku dengan jarinya.
“Iyaa.. ada apa Non.. kok pake nanya..?” balasku lembut.
Jariku tetap nakal bermain-main di puting susunya yang menggairahkan.
“Maass.. soalnya Meis belum pernah begini..” katanya lagi sambil melirik ke arah mataku.
Usapan tangannya tidak berhenti di antara pipi dan bibirku. Aku balas memandangnya sambil tersenyum.
“Aaahh Maass.. Jangan diliatin begitu dong.. Meis kan maluu..”
katanya sambil merajuk menyusupkan wajahnya di leherku, kakinya yang
indah dibelitkan ke pinggangku seperti memeluk guling.
Tiba-tiba dia
tersentak saat perutnya menyentuh perutku yang mau tidak mau, vaginanya
menyentuh sesuatu yang tegang di balik CD-ku yang sudah basah. Secara
refleks Meiske mencoba meregangkan tubuhnya, tetapi dengan sigap kutahan
dengan melingkarkan tanganku di pinggangnya sambil berbisik, “Jangan
dilepas sayang.. biarkan nempel.. aku ingin kamu merasakan milik
laki-laki yang menyayangimu, menyentuh kulitmu.” kataku dengan nada
pasti.
Dia terhenyak dan tegang sesaat, dengan sabar dan lembut aku
cium kening dan bibirnya dan aku berkata sambil melepaskan CD-ku
perlahan-lahan, “Kamu belum pernah melihat yang namanya penis laki-laki
dewasa dalam keadaan tegang kan? Kamu mau lihat?” tanyaku sambil menatap
pasti ke arah matanya yang indah itu.
Sepertinya dia bingung sesaat dan aku tetap memandangnya dengan
tatapan mata yang menusuk serta meyakinkan. Akhirnya dengan sikap pasrah
dia mengangguk pelan. Kami melepas pelukan dan dengan perlahan-lahan,
Meiske menundukkan kepalanya melihat ke arah pangkal pahaku.
“Ooohh..” teriaknya kecil dan kaget serta merta memeluk leherku menyembunyikan mukanya.
Aku rasanya ingin tertawa melihat sikapnya yang lugu itu, maklum saja
anak perawan melihat pertama kali penis laki-laki dewasa lagi tegang
sepanjang 15cm x 3cm. Surprise!
“Hey.. kenapa sayang..? Lihat tuh.. indah kan?” kataku menggoda.
“Ngga mauu.. Meis maluu Mas..!” jawabnya tanpa melepaskan wajahnya di
leherku dengan nafas yang agak memburu dan tangannya memeluk leherku.
Dengan sigap aku peluk dia di pinggangnya yang berakibat penisku si
15cm x 3cm yang masih tegang itu menempel di antara vaginanya yang
lembut. Dia kaget dan berusaha melepaskan tetapi kutahan pinggangnya,
nafasnya makin terengah-engah.
Terasa ada cairan hangat mengalir menyentuh penisku perlahan-lahan dan ketegangan tubuh dia mulai agak mengendur.
“Maass.. Meiis.. aahh nggaa aahh..” desahnya terengah-engah.
Pelukanku di pinggangnya kukendurkan sambil menatap matanya yang agak
redup sambil berbisik,”Sayang.. ini bagian dari perasaan cinta dan kasih
sayang, Non.. ayo lihat..”
Aku mengambil tangan kirinya dan
kuarahkan ke penisku yang tegang, dia mengikuti gerakan tanganku sambil
pelan-pelan menundukkan kepalanya ke arah penisku, kuusapkan tangannya
ke penisku sambil menggenggam dengan lembut. Aku rasakan nafasnya
memburu dan aku mulai merasakan sentuhan lembut itu dengan nikmat.
“Gila.. man..! Penisku dipegang oleh anak perawan yang cantikk..!” pekikku dalam hati.
Kuajari Meiske sambil menggengam si Junior untuk mengurut dengan
lembut, tanganku kemudian melepaskan tangannya yang halus, terus
mengurut penisku secara berirama. Sementara tanganku sendiri menyentuh
vaginanya yang lembut dan mulai mengelus bibir hangat tersebut dengan
penuh rasa cinta.
Beberapa saat kemudian dia berteriak kecil,
“Maass.. oohh..” dia bergerak dan tangannya yang masih memegang penisku
disentuhkan ke vaginanya.
Tiba-tiba dia memelukku sambil
melingkarkan pahanya yang putih dan mulus itu serta menekankan vaginanya
dengan penisku. Tanganku terpaksa kulepas dari bibir vagina cantik itu,
tangannya memeluk badanku, kemudian bibirnya dengan buas mengecup
bibirku sambil mengerang karena nikmat. Terasa basah penisku yang masih
menempel di bibir hangatnya Meiske, orgasmenya yang kedua.
Woow.. seprei tempat tidurku sudah tidak karuan lagi bentuknya serta
basah pada bagian di mana kemaluan kami berdua saling menempel. Aku
mulai tidak tahan dengan keadaan seperti itu, penisku makin keras dan
tegak sementara agak terjepit di antara bibir vagina lembut miliknya
Meiske. Yang agak mengherankan adalah, aku masih bisa menahan diri untuk
tidak mulai melakukan penetrasi karena sadar bahwa anak ini masih
perawan, meskipun keadaannya tinggal tancap, beres kan? Pikiran sehat
muncul sejenak (sejenak saja! Tidak sampai satu menit).
“Hey, ini anak masih perawan kan, kalau elu perawanin die, dose man..! Tau ngga?” dalam hatiku bergejolak.
Aku yakin bahwa aku harus mengakhiri kenikmatan ini dengan kondisi baik. Aku dan Meiske harus benar-benar puas.
Kubalas kecupan-kecupan ganasnya Meiske di bibirnya, lehernya, dadanya dan berhenti serta bermain-main agak lama di kedua susunya yang menggairakan serta putingnya yang kecil merah muda itu. Tanganku bergerilya ke arah vaginanya yang lembut berwarna merah muda pada kedua labia mayora-nya. Pahanya yang putih mulus masih melingkar di pinggangku, sehingga jari tengahku bebas berkeliaran mengusap-usap vaginanya yang sudah amat basah dengan cairan putih bening yang keluar terakhir. Desahan, erangan serta teriakan-teriakan kecil terus meluncur dari bibir yang sensual di depan wajahku. Sekali-kali dia mngecup dan juga menggigit bibirku dengan ganas selama jariku mempermainkan labia mayora serta clitorisnya yang agak keras. Kugeser tubuh putih mulus itu perlahan-lahan, sehingga Meiske telentang dan posisiku berada di atasnya.
“Meiske sayang, Mas ingin kamu merasakan kenikmatan orang bercinta..
kamu mau kan..?” aku berkata sambil menatap wajahnya yang terlihat
pasrah dan bertambah cantik dengan sebagian keringat menitik di dahinya.
“Maass Adit.. Meis musti gimana sekarang?” jawabnya lembut setengah
tersenyum juga dengan nafas mulai memburu.”Mas mau kamu merasakan gimana
yang namanya Real-Make-Love Oke?” kataku dengan lembut dan pasti sambil
mengecup bibirnya yang menggemaskan.
Dia mengangguk pelan tetapi kuyakin pasti dia ingin merasakan sesuatu yang tidak pernah dirasakannya.
Dengan sabar dan lembut tanpa melepaskan pandangan mataku ke arah matanya yang mulai setengah terpejam, kurenggangkan pahanya, kuarahkan penisku yang sudah tegang dari tadi ke atas vaginanya yang kuraba dengan jari tengahku. Sudah merekah terbuka, lembut, perlahan kuusap-usapkan ujung penisku ke vagina Meiske sambil kukecup bibirnya, susunya, putingnya. Kujilat mesra tangan kirinya dengan segera memegang dia meremas kepalaku dan tangan kanannya membelai punggungku dengan mesra seolah-olah mulai merasakan kenikmatan lidahku bermain pada puting susunya yang kecil mungil kemerah-merahan serta usapan-usapan penisku pada vaginanya. Perlahan-lahan kudorong penisku memasuki kira-kira setengahnya ke liang vaginanya Meiske.
“Maass.. pelan-pelan.. sakiitt Maas..” jerit kecilnya.
Aku agak
kaget dan langsung berhenti bergerak karena meskipun aku sudah tidak
tahan ingin penetrasi penuh tetapi aku masih sadar bahwa ini adalah Real
Make Love antara aku yang mahasiswa 22 tahun dengan Meiske yang anak
perawan 15 tahun berdarah Portugis yang amat kusayangi, jadi aku harus
sabar dan penuh rasa kasih serta cinta yang lembut.
“Oh.. maaf sayang.. sedikit lagi.. Mas pelan-pelan.. atau dicabut aja..?” kataku tanpa sadar.
“Jangan Maass.. pelan-pelan aja..” jawabnya lirih.
Aku merasa tidak tahan, antara mau terus dan takut dia kesakitan.
“Gila lu Dit, ini anak masih perawan!” kata hatiku kembali berkata.
Tetapi karena sudah tanggung, penisku sudah masuk setengah kuteruskan amat perlahan.
Penetrasi yang berakhir dengan keluhan Meiske yang terdengar lirih, “Maass.. aduuhh..!”
Nafasnya memburu, terasa liang vaginanya yang sempit itu basah melumasi
penisku yang masuk dan menyentuh sesuatu batas, selaput dara. Aku
bingung sejenak untuk berusaha menguasai diriku.
“Adit.. terusin kalau elu bener cinta sama gadis berdarah Portugis ini.” bisikan hatiku lagi.
Sambil mengatur nafas, aku diam beberapa saat sambil memandang gadis perawanku yang cantik ini.
“Meis.. kamu mau kan..?” aku berbisik di depan bibirnya yang sensual, reaksinya membuat aku tertegun.
Dia angkat pantatnya sehingga penisku masuk penuh ke dalam vagina indah
itu, tiba-tiba kedua kakinya melingkar di pinggangku dan sekaligus
menjepitnya.
“Luar biasa ini gadisku yang perawan!” pujiku dalam hati.
Aku langsung goyangkan pantatku maju mundur perlahan-lahan tetapi
pasti, makin lama makin cepat, kukecup sudut bibirnya, ujung dagunya.
Nafasnya dan nafasku tidak karuan lagi iramanya.
“Maass.. ohh.. ngg.. Maass.. Adiit, teerruss maass..” erangannya makin keras.
Gerakan pantatnya yang bulat makin menjadi-jadi. Kupeluk Meiske dengan
erat karena aku mulai merasakan denyut-denyut gila penisku di bagian
kepalanya. Gerakan otot vagina Meiske yang menghisap penisku setiap
gerakan mundur membuat aku benar-benar tidak tahan. Rasanya belum lama
penetrasiku, tiba-tiba Meiske menjerit lirih disertai pagutannya di
bahuku sebelah kanan serta jepitan kedua pahanya di pinggangku.
“Maass Adiitt.. aakkhh.. mmff..”
Aku tidak bisa menahan lagi kenikmatan badaniah ini, di mana kurasakan seluruh penisku terbenam di liang vaginanya Meiske dan.
“Meeiis.. Mas nggaa.. tahan..!” teriakku kecil di kupingnya sebelah kanan.
Ini intercourse, makelove, sanggama atau entah apalagi namanya, aku
sendiri tidak tahu. Yang jelas ini adalah yang paling gila dan paling
edan yang pernah kulakukan sampai saat itu. Aku mengalami orgasme hebat
bersama Meiske, gadis kecilku, anak SMP yang berdarah Portugis dan yang
telah kuperawani. This is very-very goddam, asshole, cocksucker,
cunteater, pussylicker, sonofthebitch something special.
Spermaku keluar menyemprot di dalam vagina lembutnya Meiske bersamaan dengan pahanya yang mulus menjepit pinggangku dengan kuat tanda dia mengalami hal yang bersamaan denganku. Kami berpagutan, berkecup, berpelukan, tanpa sehelai benang pun menutupi tubuh-tubuh telanjang kami. Skin To Skin. Beberapa saat, kami berpelukan seolah-olah tidak akan melepaskan satu sama lain. Kuputar tubuhku sehingga posisi kami berdua berhadapan berdampingan tanpa melepaskan pelukan kami masing-masing. Peluh kami berdua mengalir membasahi punggung, leher, dada, perut dan hampir seluruh tubuh.
“Meiske sayang.. buka dong matanya..” kataku lembut sambil mengelus
pipinya, menyentuh bibirnya dengan ibu jariku sewaktu melihat dia dengan
matanya yang masih menutup.
Menikmati atau berusaha menyadari apa
yang baru saja terjadi, mungkinkah? Dia membuka mata coklat tua yang
indah dan berkaca-kaca. Perlahan-lahan dia memandang ke arah mataku, dua
butir air mata mengalir dari mata yang indah itu.
“Maass..” suaranya terdengar lembut sambil jarinya mengusap pipi dan bibirku.
“Mas Adit sayang sama Meis kan..?” katanya lagi dengan agak tersedan manja.
“Iyaa Meis.. Mas Adit sayang kamu.” jawabku dengan tetap mengelus pipi dan bibirnya yang sensual indah itu.
Kuusap tetesan air matanya dan kami saling mengelus muka masing-masing dengan penuh kasih dan cinta.
“Meis ngga nyesel lakukan sama Mas Adit.. karena Meis sayang sama mas.. Meis cinta sama mas..” katanya lagi dengan lembut.
“Mas Adit juga sayang sama Meis.. kamu ngga nyesel kan dengan apa yang kita lakukan tadi..?” tanyaku lagi.
Dia mengangguk pelan tetapi pasti dan tersenyum manis. Kupeluk dia dan
kukecup keningnya, bibirnya dan kugigit kecil sudut bibirnya, dia
mencengkram rambutku sambil membalas kecupanku di bibirnya.
Perlahan-lahan kami saling melepaskan diri dan secara refleks kami
berdua melirik ke arah pangkal paha kami masing-masing. Kami termenung
sejenak melihat seprei tempat tidurku basah dan ada bercak merah.
“Maass.. Meis takut Mas.. ada darah di..” dia berkata dengan ekspresi wajah khawatir.
Segera kupegang kedua belah pipinya dan melekatkan pandanganku ke matanya.
“Jangan takut sayang.. itu tandanya kamu masih suci dan Mas yang
pertama melakukan pada Meis dan Mas akan bertanggung jawab atas
perbuatanku, Meis.. jangan khawatir sayang.” jawabku dengan tenang dan
pasti dan langsung kembali kupeluk dia sambil mengecup keningnya.
Dia menbalas pelukanku. Kami berpelukan seolah-olah tidak akan saling
melepaskan. Aku bangun dan meraih bajuku dari lantai segera kubersihkan
tubuh Meiske, di pangkal pahanya, vaginanya, sambil memandang tersenyum
puas kepadanya. Dia pun bangun dan ikut membereskan bajunya yang
berserakan di atas lantai.
Kami berdiri berhadapan, saling berpandangan mesra dengan tubuh
telanjang. Kupeluk Meiske, dia membalas pelukanku dan kami berpagut
lembut mesra. Kugandeng tangannya, kami berjalan beberapa langkah
mendekati lemari pakaianku, kuambil CD yang bersih. Tanpa sadar Meiske
terlihat termenung memadangiku.
“Meiske sayang.. udah sore, non..”
aku berkata mengingatkannya juga menyadarkan diriku sendiri sambil
menyodorkan CD-ku yang bersih.
Dia tersentak dan terlihat pandangan yang lucu waktu matanya melihat CD-ku yang kusodorkan kepadanya.
“Buat siapa..?” tanyanya heran.
“Ya buat kamu.. masa kamu mau pakai CD kamu yang udah basah dan lengket
lagi.” aku jawab sambil menahan tawa geli, dasar anak kecil.
Dia tersadar dan merajuk manja serta merta memelukku, menyembunyikan wajahnya di dadaku.
“Aaahh.. Mas Adit.. Meis jadi malu kan..?” sergahnya manja.
Kutuntun Meiske duduk di tempat tidurku, kukenakan CD cowok putihku.
Lucu juga melihat cewek pakai CD cowok. Meiske memakai baju dan rok
mininya kembali. Kemudian aku sendiri berpakaian.
“Meiske, Mas mau
tahu, kok kamu mau melakukan ini sama aku ngga takut hamil..?” tanyaku
serius sambil memandang matanya yang indah itu.
“Meis mau karena
Meis sayang sama Mas Adit.. kan Mas udah janji ngga akan meninggalkan
Meis.. iyaa kan?” jawabnya sambil memeluk leherku.
“Sekarang udah sore. Mau pulang ngga, Meis?” tanyaku sambil memeluk pinggangnya.
Dia memandangku sambil tersenyum sendu melingkarkan tangannya di leherku sambil mengangguk pelan.
CD-nya yang berwarna pink masih tergeletak basah di atas tempat
tidurku. Kuambil sambil kuciumi, dia berusaha merebutnya dari tanganku
tetapi kutahan tangannya.
“Ini milik Mas Adit untuk selama-lamanya..” kataku tegas sambil menatap matanya yang cantik berbinar-binar itu.
“Jangan Mas.. itu kotor dan bau kan..?” sergahnya.
“Biaariin.. kotoran yang cantik dan bau yang haruumm.. kenang-kenangan
dari gadis kecilku yang cantik.” jawabku sambil mengecup bibirnya yang
sensual.
Cepat-cepat aku melepaskan diri dan melemparkan CD pink itu
ke dalam lemari pakaianku, kututup, kukunci. Dia terdiam dan tersenyum
cerah. Kuantarkan Meiske pulang kerumahnya, jam menunjukan jam 18:00.
Kami berkasih mesra hampir 5 jam di rumahku, edan, gila dan sebagainya.
Aku bahagia sekali.
Hubunganku dengan Meiske berlangsung sampai dia kelas 2 SMA, dan setiap kali ada kesempatan kami bercinta dengan gairah yang tinggi selalu di rumahku yang sering kali sepi dan kosong di mana orang tuaku serta kedua kakakku sering keluar kota dengan urusannya masing-masing. Karena tidak mungkin kami lakukan di rumahnya atau di hotel atau tempat lain. Yang jelas kami selalu berhati-hati setiap kali kami bercinta, aku beberapa kali mencoba menggunakan kondom tetapi aku merasa tanpa kondom yang paling asyik. Skin To Skin.
Hubungan kami terputus dengan alasan klasik, perbedaan agama, dia Kristen sedangkan aku Islam. Orang tuanya yang tidak setuju hubungan kami berlanjut atas dasar perbedaan agama tersebut. Padahal aku dan Meiske sudah saling berikrar untuk hidup bersama setelah aku selesai kuliah dan dia paling tidak sampai D3. Perbedaan agama bagi kami bisa di bicarakan nanti-nanti. Aku selama satu tahun terakhir, sejak orang tuanya menyatakan ketidak setujuan mereka atas hubungan kami itu, tetap berusaha menghubungi Meiske baik lewat telepon maupun surat, tidak ada jawaban atau pun kalau melalui telepon jawabannya dia tidak ada di rumah atau alasan lain yang menegaskan bahwa aku tidak dapat berhubungan lagi dengannya.
Sedihkah aku..? jangan tanya lagi, aku sempat frustrasi hampir satu tahun. Kegiatan fisik yang keras seperti beladiri, naik gunung dan terjun payung akhirnya dapat memulihkan semangat hidupku untuk melanjutkan hidup ini. The Life Show Must Go On Man! Terakhir aku melihat Meiske di salah satu pusat perbelanjaan pada tahun 1998, kulihat dia sedang berjalan-jalan bersama ibu serta adiknya disertai 2 anak-anak kecil yang lucu, anaknyakah? Hanya Tuhan dan keluarganya yang tahu.
Demikian para pembaca yang budiman, salah satu kisah hidupku yang
cukup unik dan amat berkesan dan tidak akan kulupakan seumur hidupku.